Rabu, 01 Juli 2015

BELAJAR PEMBELAJARAN


“Memahami Model Pembelajaran Mastery Learning dan Multiple Intelegence Based Learning”
Makalah ini ditujukan untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Belajar dan Pembeajaran
Dosen Pengampu : Manerah, Dra



Disusun Oleh:


                   Nama                                                                            : Siti Diamti
                   NIM                                                                             : 1113015000110
                   Kelas                                                                            : 4A (Ekonomi)


Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun Akademik 2014/2015




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah yakni dengan ajaran agama Islam.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Makalah ini berjudul Memahami Model Pembelajaran Mastery Learning dan Multiple Intelegence Based Learning. Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan metode pembelajaran.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Manerah, Dra selaku Dosen Pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Saya berharap semoga semua yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.
Saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan.



                                                                                            Jakarta, 20 Juni 2015



                                                                                                  Penyusun


Daftar Isi

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I   :    PENDAHULUAN.......................................................................................... 1           
1.1  Latar Belakang  ......................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................... 2           
1.3  Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2           

BAB II  :    PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1  Pengertian Pembelajaran Mastery Learning  ............................................. 3
2.2  Komponen Pembelajaran Matery Learning................................................ 4
2.3 Tahap-tahap Pembelajaran Mastery Learning............................................ 6
2.4  Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Mastery Learning  ....... 7
2.5  Pengertian Model Pembelajaran Multiple Intelligences Based Learning....7
2.6  Jenis-jenis Kecerdasan Potensial dari Model Pembelajaran
 Multiple Intelligences  .............................................................................. 8
2.7  Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Multiple Intelligences
Based Learning........................................................................................... 10
2.8  Strategi-strategi Pengajaran Model Pembelajaran Multiple Intelegence
 Based Learning...........................................................................................10

BAB III     : PENUTUP.....................................................................................................12
                   3.1 Kesimpulan.................................................................................................12
                   3.2 Saran...........................................................................................................12
                  
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan tersebut maka perlu akan adanya kerjasama yang baik dari pemerintah, guru, orang tua, murid serta orang-orang yang terlibat dengan dunia pendidikan. Untuk itu seorang guru sebagai orang yang berperan aktif dalam dunia pendidikan haruslah dapat membantu membimbing murid-murinya agar dapat menyerap dan menggunakan ilmu nya dengan baik.
Dalam proses belajar mengajar pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan dapat membantu peserta didik dalam menyerap ilmu yang telah disampaikan oleh seorang guru. Untuk itu seorang guru haruslah cerdas dalam memilih metode pembelajaran. Salah satu diantara model pembelajaran yang efekif dalam proses pembelajaran yaitu mastery learning dan multipel intelligences. Mastery learning yaitu apabila setiap siswa mempunyai kecakapan rata-rata (normal) jika diberi waktu yang cukup untuk belajar, mereka dapat diharapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya secara tuntas, sepanjang kondisi belajar yang tersedia cukup menguntungkan. Sedangkan multipel intelligences yaitu kemajemukan kecerdasan yang dimiliki seorang individu.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian model pembelajaran mastery learning?
2.      Apa komponen pembelajaran mastery learning?
3.      Bagaimana langkah-langkah pembelajaran mastery learning?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran mastery learning?
5.      Apa pengertian model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning?
6.      Apa saja jenis-jenis kecerdasan potensial dari model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning?
7.      Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning?
8.      Bagaimana strategi-strategi Pengajaran Model Pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning?

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran mastery learning
2.      Untuk mengetahui apa saja komponen pembelajaran mastery learning
3.      Untuk dapat Menjelaskan Kegiatan apa saja langkah-langkah pembelajaran mastery learning
4.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran mastery learning
5.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning
6.      Untuk dapat Menjelaskan  jenis-jenis kecerdasan potensial dari model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning
7.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning
8.      Untuk mengetahui Bagaimana strategi-strategi Pengajaran Model Pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning.
     
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Pembelajaran Mastery Learning

Menurut Bloom (1968) pembelajaran tuntas merupakan suatu model pembelajaran yang di fokuskan kepada penguasaan siswa dalam sesuatu hal yang dipelajari. Sedangkan menurut Anderson dan Block (1975) bahwa pembelajaran tuntas adalah seperangkat gagasan dan tindakan pembelajaran secara individu yang dapat membantu siswa  untuk belajar secara konsisten.
Secara sederhana, konsep belajar tuntas mengajarkan (caroll-1968) bahwa bilamana siswa diberi kesempatan mempergunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar dan ia mempergunakan dengan sebaik-baiknya, maka ia akan mencapai tingkat hasil belajar seperti yang diharapkan. Dengan kata lain, bahwa setiap siswa mempunyai kecakapan rata-rata (normal) jika diberi waktu yang cukup untuk belajar, mereka dapat diharapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya secara tuntas, sepanjang kondisi belajar yang tersedia cukup menguntungkan.
 Gagasan dan tindakan ini menghasilkan proses pembelajaran yang sistematik, yang membantu siswa untuk mencapai ketuntasan berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah ditentukan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa  Pembelajaran tunas pada dasarnya merupakan suatu model pembelajaran yang difokuskan pada penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran yang dipelajari. Melalu model pembelajaran tuntas ini, siswa diberi peluang untuk maju sesuai dengan keampuan dan kecepatan mereka sendiri serta dapat meningkatkan tahap penguasaan pembelajarannya. Konsep pembelajaran ini dilandasasi oleh pandangan bahwa semua atau hampir semua siswa akan mampu mempelajari pengetahuan atau keterampilan dengan baik asal diberikan waktu yang sesuai dengan kebutuhannya. Setiap siswa mempunyai kemampuan dan upaya untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Tahap penguasaan bergantang kepada kualitas pembelajaran yang dialaminya. Model pembelajaran ini ditunjukan untuk memastikan bahwa semua siswa telah menguasai hasil pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran tertenu sebelum berpindah ke unit pembelajaran berikutnya. Model ini membutuhkan waktu yang cukup dan proses pembelajaran yang berkualitas.

Menurut carol, setiap anak didik akan mampu menguasai bahan jika diberikan waktu atau kesempatan yang cukup untuk memepelajarinya, sesuai dengan kapasitas masing-masing anak didik. Dengan demikian taraf atau tingkatan belajar itu pada dasarnya merupakan fungsi dari proporsi waktu yang disediakan untuk belajar (time allowed for lerning), dengan waktu yang diperlukan untuk belajar (time needed for learning) oleh setiap anak didik.
Carol tidak menyangkal bahwa ada faktor dominan lain yang berpengaruh terhadap taraf penguasaan belajar, yaitu antara kualitas pengajaran (the quality of intuction) dengan taraf kemampuan anak didik untuk memahami pelajaran itu (the studen’s ability to understand the intuction). Selain itu faktor motivasi juga amat berpengaruh.
Karena itu, jikala guru menghendaki anak didik mencapai penguasaan bahan pelajaran tertentu, maka bahan harus disusun secara sempurna, begitu juga instrumen evaluasi atau pengukuran hasil belajarnya. Bahan pelajaran harus diperinci dan diklasifikasikan kedalam satuan-satuan unit tertentu sampai kepada satuan-satuan terkecil (modul) yang bermakna (meaningful)  dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari satuan yang besar.

2.2 Komponen Pembelajaran Mastery Learning
Dalam pembelajaran mastery learning ini guru harus mengusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan kegiatan anak didik kearah terccapainya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini Dr. Suharsimi Arikunto (1988;35) mengemukakan dua kegiatan, yaitu kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan.

Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa kelompok cepat sehingga siswa-siswa tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan keterampilannya atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka pelajari.

Menurut Dr. Suharsimi Arikunto, secara garis besar kegiatan pengayaan dapat dibedaka menjadi dua macam, yaitu:
§  Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik modul pokok.
Contohnya seperti membaca buku, mengarang, tugas kliping, diskusi dan sebagainya.
  
§  Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan topik modul pokok.
Contohnya seorang guru baru saja memberikan pelajaran tentang sejarah, maka guru memberi tugas untuk membaca sebuah karangan yang menceritakan tentang kehidupan tokoh dalam sejarah, atau membuat kliping mengenai artikel-artikel atau gambar-gambar yang berhubungan dengan sejarah.

kegiatan perbaikan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru, dengan maksud mempertinggi tingkat penguasaan terhadap bahan pelajaran tersebut. Dalam upaya pelaksanaan kegiatan perbaikan, Suharsimi Arikunto juga mengemukakan konsepnya. Keampuhan peranan berbagai metode diusulkan dalam hal ini. Menurutnya, jika ditinjau dari jenis metode, banyaknya metode yang sudah dikenal dapat digunakan untuk mengajar. Antara lain:
o   metode pemberian tugas dan resitasi            
o   metode diskusi
o   metode pendekatan proses
o   metode penemuan
o   metode kerja kelompok
o   metode eksperimen
o   metode tanya jawab

untuk menentukan waktu yang sebaiknya dilaksanakan program perbaikan, harus mempertimbangkan sifat bahan, tingkat kesulitan serta banyaknya siswa yang harus ditangani. Selain itu, bahan pelajaran yang merupakan prasyarat bagi bahan pelajaran berikutnya, harus segera ditangani saat itu juga agar tidak mengganggu pelaksaan pelajaran berikutnya.
Disamping itu adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan-kawan untuk melaksanakan progrm perbaikan. Pelaksanaan program perbaikan ini disebut “tutor sebaya”, karena mereka mempunyai usia yang hampir sebaya sesamanya. Istilah ini digunakan untuk membedakan dari istilah “tutor serumah” yaitu program perbaikan yang dilakukan oleh orang tua, kaka, atau anggota keluarga yang lainnya.

2.3 Tahap-Tahap Pembelajaran Mastery Learning
  •  Orientasi
Yaitu tahap pengenalan dan penetapan suatu kerangka isi pembelajaran, seperti menjelaskan tujuan pembelajaran dan syarat-syarat kelulusan, menjelaskan materi pembelajaran serta kaitannya dengan pembelajaran terdahulu dan kehidupan sehari-hari, serta guru menjelaskan lankah-langkah pembelajaran seperti berbagai komponen-komponen isi pembelajaran dan tanggung jawab siswa yang diharapkan selama proses pembelajaan.

  •   Penyajian
Pada tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru yang disetai dengan contoh-contohnya. Pengguna media pembelajaran baik visual maupun audio-visual sangat disarankan dalam mengajarkan konsep atau keterampilan baru. Dalam tahap ini perlu diadakan evaluasi seberapa jauh siswa telah paham dengan konsep yang telah diajarkan, dengan demikian sisiwa tidak akan mengalami kesulitan pada tahap latihan berikutnya.


  •           Latihan Terstruktur
Yaitu guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian tugas, yang berupa langkah-langkah penting secara bertahap dalam menyelesaikan suatu tugas. Langkat penting dalam mengajarkan latihan penyelesaian soal adalah dengan menggunakan berbagai macam media contohnya OHP, LCD, dan sebagainya. Sehingga semua siswa bisa memahami setiap langkah kerja dengan baik. Dalam tahap ini siswa perlu diberi beberapa pertanyaan, kemudian guru memberi balikan atas jawaban siswa.

  •        Latihan Terbimbing
Yaitu guru memberikan kesepatan pada siswa untuk latihan menyelesaikan suatu tugas, tapi masih dibawah bimbingan. Dalam tahap ini guru memberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan siswa, namun ketap diberi bimbingan ini memungkinkan guru untuk menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan sejumlah tugas dan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Peran guru dalam tahap ini adalah memantau kegiatan siswa dan memberikan umpan balik yang bersifat korektif jika diperlukan.

  • Latihan Mandiri
Tahap ini merupakan inti dari strategi ini, latihan ini bertujuan untuk menguatkan atau memperkokoh bahan ajar yang telah dipelajari, serta memastikan peningkatan daya ingat untuk meningkatkan kelancaran siswa dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan praktik dalam tahap ini tanpa tanpa bimbingan dan umpan balik dari guru . peran guru dalam tahap ini adalah nilai hasil kerja siswasetelah selesai mengerjakan tugas secara tuntas. Jika perlu atau masih ada kesalahan, guru perlu memberi umpan balik. Perlu diberikan beberapa tugas untuk diselesaikan oleh siswa sehingga dapat mempertahankan daya ingat siswa.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Mastery Learning

Kelebihan Pembelajaran Mastery Learning:
  • ·         Siswa dapat menguasai materi yang diberikan
  • ·         Bagi siswa yang kurang menguasai materi, akan sangat terbantu oleh jenis pembelajaran ini
  • ·         Materi yang diajarkan secara komprehensif, dan sistematis
  • ·         Adanya kerjasama antara guru dan murid untuk membantu siswa yang kurang menguasai materi

Kekurangan Pembelajaran Mastery Learning
  • ·         Memerlukan banyak waktu yang digunakan
  • ·         Pembelajaan melibatkan banyak phak seperti teman kelas, dan orang tua
  • ·         Menuntut para guru untuk menguasai bahan ajar secara komprehensif
  • ·  Terhambatnya proses pembelajaran apabila terdapat siswa yang belum menguasai materi prasyarat untuk melanjutkan ke materi selanjutnya
  • ·         Jika waktu yang disediakan habis, maka harus mengambil waktu diluar jam pelajaran.

2.5 Pengertian Model Pembelajaran Multipel Intelligences
 Dasar Teori Multipel Intelegen
            Teori kecerdasan MI adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa belajar. Disamping itu setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar. Teori MI bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian, tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai suatu yang normal, wajar dan sangat berharga.
            Howard Gardner, yang namanya sinonim dengan teori MI ini, mengisyaratkan bahwa mungkin ada lebih banyak lagi kecerdasan dari pada tujuh kecerdasan yang telah didefinisikannya. Khususnya dalam budaya-budaya lain. Dengan demikian, daftar MI nya dapat disusun ulang dan  ditambahkan. Tujuan riil membuat dan menyusun suatu daftar juga adalah “untuk mengangkat kemajemukan kecerdasan” (Gardner 1993). Tidak menjadi soal apakah ada jenis kecerdasan lebih banyak atau tidak, ketujuh kecerdasan yang telah ditawarkan oleh Gardner kepada kita adalah langkah raksasa menuju suatu  titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudidayakan.

2.6  Jenis-jenis Kecerdasan Potensial dari model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning

Tujuh kecerdasan yang diidentifikasikan oleh Gardner (1993) adalah:
  •  Kecerdasan lingustik ( bahasa)
Kecerdasan ini yang yang disebut oleh sebagian pendidik dan penulis sebagai kecerdasan verbal. Orang yang memiliki kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori yang sangat tinggi, dan mereka belajar melalui mendengar. Mereka gemar membaca, menulis dan berbicara, dan suka bercengkrama dengan kata-kata. Mereka mengkhidmati kata-kata bukan hanya untuk makna tersurat dan tersiratnya semata namun juga bentuk dan bunyi nya. Gardner menyebut penyair sebagai contoh pemilik jenis kecerdasan ini.

  •  Kecerdasan logis-matematis ( nalar logika dan matematika)
Kecerdasan ini mencangkup kemampuan ilmiah. Inilah jenis kecerdasan yang dikaji dan di dokumentasikan oleh piaget, yakni jenis kecerdasan yang sering dicirikan sebagai pemikiran kritis gunakan sebagai bagian dari metode ilmiah. Orang dengan kecerdasan ini gemar bekerja dengan data: mengumpulkan dan mengorganisasi, menganalisis serta menginterpretasikan, menyimpulkan kemudian meramalkan. Mereka melihat dan mencermati adanya pola serta serta keterkaitan antardata.

  •  Kecerdasan spasial ( ruang dan gambar)
Kecerdasan ini sering disebut kecerdasan visual-spasial, adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental (gardner,1993). Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini cenderung berfikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video dan peragaan yang menggunakan model dan slaid.

  •  Kecerdasan musikal ( musik, irama dan suara/bunyi)
Sebagian orang menyebut kecerdasan ini sebagai kecedasan ritmik atau kecerdasan musikal. Orang yang mempunyai kecerdasan jenis ini sangat peka terhadap suara atau bunyi, lingkungan dan juga musik. Mereka sering bernyanyi, bersiul atau bersenandung ketika ketika melakukan aktivitas lain.

  • Kecerdasan kinestetik ( badan dan gerak tubuh)
Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badan mereka. Mereka tidak suka diam, dan ingin bergerak terus mengerjakan sesuatu dengan tangan atau kaki nya, dan berusaha menyentuh orang yang diajak bicara mya. Mereka sangat baik dalam keterampilan jasmaninya baik dengan menggunakan otot kecil maupun  otot besar, dan menyukai aktifitas fisik dalam berbagai jenis olahraga.

  • Kecerdasan interpersonal (hubungan antar pribadi, sosial)
Kecerdasan ini tampak pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta keengganan  dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok,belajar sambil berinteraksi dan bekerjasama juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah.

  • Kecedasan intrapersonal (hal-hal yang sangat mempribadi)
Kecerdasan ini tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang memungkinkan seseorang memahami diri sendiri, kemampuan dan pilihannya sendiri. Orang dengan kecerdasan intrapersonal tinggi pada umumnya sangat mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Dua kecerdasan pertama dalam daftar tersebut adalah kecerdasan yang paling dikenal dan dimaklumi dalam masyarakat sekarang ini. Keduanya adalah kecerdasan yang menjamin keberhasilan dalam tes-tes IQ dan SAT (Studen Aptitude Test) yaitu tes bakat kecerdasan siswa, karena mereka adalah kecerdasan yang paling menonjol dan paling menjadi sasaran tes ketika perama kali tes itu dirancang. Siswa yang memiliki da mengembangkan kecerdasan linguistik dan logis-matematis dijamin pasti akan berhasil dalam situasi sekolah tradisional. Namun berhasil di sekolah bukan alat peramal yang baik bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan yang sebenarnya kelak (Gardner, 1993).

2.7 kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning
a.       Kelebihan model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning
o   Seorang guru dapat mengetahui kecerdasan apa yang terdapat pada seorang murid
o   Seorang guru dapat lebih mudah untuk menyampaikan kan materi pada murid tersebut dengan metode tertentu sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya
o   memfokuskan pengetahuan dan kecerdasan yang dimiliki seorang murid
o   Seorang murid akan lebih mudah untuk menyerap informasi
o    
b.      kekurangan model pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning
o   menuntut seorang guru untuk mengetahui semua kecerdasan anak muridnya.
o   seorang guru harus menggunakan banyak pendekatan mengajar, agar semua kecerdasan siswanya dapat berfungsi secara optimal.
o   Menuntut seorang guru untuk banyak menggunakan media belajar

2.8  Strategi-Strategi Pengajaran Model Pembelajaran Multiple Intelegence Based Learning
Strategi-strategi dirancang untuk mempermudah melaksanakan kegiatan pembelajaran ini, sehingga akan dengan mudah di terapkan dalam kelas. Diantaranya yaitu:
a.       Kecerdasan Linguistik
o   Bercerita atau mendongeng
o   Bertukar pikiran atau brainstorming
o   Rekaman
o   Jurnal penulisan
o   Penerbitan
b.      Kecerdasan logis-matematis
o   Perhitungan dan kuantitatif
o   Klasifikasi dan kategorisasi
o   Pertanyaan model socrates
o   Heuristik
o   Befikir ilmiah
c.       Kecerdasan spasial
o   Visualisasi
o   Tanda-tanda berwarna-warni
o   Gambar metafora
o   Membuat sketsa ide
o   Simbol-simbol gambar
d.      Kecerdasan kinestetik-tubuh
o   Jawaban-jawaban dengan menggunakan gerak tubuh
o   Kelas teater
o   Konsep-konsep kinestetik
o   Berfikir berdasarkan gerak tangan
o   Body maps
e.       Kecerdasan musik
o   Irama, lagu, rap (ketukan)
o   Diskografi (studi dan pengumpulan daftar album rekaman)
o   Musik super memori
o   Konsep-konsep musik
o   Musik suasana
f.       Kecerdasan interpersonal
o   Aktivitas berbagi dalam kelompok (peer sharing)
o   Patung orang
o   Kelompok-kelompok kerjasama
o   Papan permainan
o   Simulasi-simulasi
g.      Kecerdasan intrapersonal
o   Periode refleksi selama satu menit
o   Hubungan-hubungan pribadi
o   Pilihan waktu
o   Saat-saat penuh warna/penciptaan suasana sesuai dengan perasaan
o   Sesi penetapan tujuan



BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Setelah mengetahui masing-masing penjabaran dari kedua model pembelajaran diatas maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua model pembelajaran tersebut sangat baik digunakan untuk membantu mengoptimalkan kemampuan siswa dalam belajar. Seperti model pembelajaran Mastery Learning yang memang sangat membatu siswa dalam memfokuskan pada penguasaan belajar siswa. Siswa diberikan waktu yang cukup banya untuk belajar sehingga ia dapat mempergunakan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya maka hasil pembelajaran nya pun dapat dipastikan akan optimal. Selain itu pihak guru juga akan sangat membantu untuk pelaksanaan model pembelajaran ini, kejelasan dan ketuntasan materi yang disampaikan akan  sangat membantu model pembelajaran ini. Karena model pembelajaran ini branggapan bahwa semua siswa mempunyai kecerdasan rata-rata (normal) sehingga hanya perlu untuk memfokuskan siswa untuk belajar dengan dibantu oleh pihak guru, orang tua dan teman sebayanya.
Sedangkan model pembelajaran multiple intelligences atau kecerdasan yang majemuk. Kecerdasan ini lebih melihat pada kecerdasan lahiriah atau kecerdasan yang sudah tertanam pada individu tersebut, kemudian diasah oleh individu tersebut untuk lebih menguasai kecerdasan-kecerdasan yang ia miliki. Pelaksanaan model pembelajaran ini dilakukan dengan mengidentifikasi kecerdasan yang dimiliki oleh siswa-siswa nya yang kemudian dilanjutkan kepada penggunakan metode yang tepat untuk melaksanakan metode pembelajaran dikelas.

3.2 Saran
Menurut saya model pembelajaran yang lebih efektif adalah model pembelajaran mastery learning, karena dalam penerapan model pembelajaran ini sangat membantu siswa secara keseluruhan dalam belajar, juga lebih memfokuskan siswa pada penguasaan materi.  Dalam model pembelajaran ini seorang guru sangat dituntut untuk mempunyai kompetensi kognitif yang bagus sehingga akan dapat menyampaikan materi pembelajaran secara komprehensif dan sistematis. Selain itu, seorang guru juga harus memberikan waktu yang cukup banyak. Sedangkan seorang murid tugasnya adalah menyimak dengan baik materi yang disampaikan, kemudian materi tersebut harus dipelajari kembali di rumah. Dan apabila terdapat materi yang kurang dipahami, maka siswa dapat bertanya kepada guru atau teman sebayanya.
            Model pembelajaran seperti ini harus dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis, yaitu harus adanya singkronisasi kerjasama yang baik antara guru, orang tua dan murid, juga bertahap sesuai langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam model pembelajaran ini, maka akan dapat dipastikan siswa dapat menguasai pembelajarannya.


Daftar Pustaka

Hermawan, Asep Herry.dkk., 2007. Belajar dan pembelajaran sekolah dasar. UPI PRESS:Bandung.
Djamarah Syaiful Bahri dan Zain,Aswan. 2010. Strategi belajar mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Wena Made. 2009. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. bumi aksara: Jakarta.
Ahmadi, Abu dan Triprasetya,Joko. 2005. Strategi belajar mengajar. pusaka Setia: Bandung.
Jasmine, Julia. 2012. Metode mengajar multiple intelligences. Nuansa Cendikia: Bandung.
Armostrong, Thomas. 2009. Kecerdasan Multiple edisi ketiga. PT Indeks : Jakarta. 












1 komentar:

  1. How to play slots online - The jtmhub.com
    No matter the type of game 익산 출장샵 you're 사천 출장마사지 playing, you'll always 김포 출장마사지 have the option to play slots 거제 출장샵 online. Here's everything you need 춘천 출장안마 to know.

    BalasHapus